Hari keempat - Membuat Josep Bicara
Ada seorang anak panti yang masih kecil, dia masih SD kelas 4 dan dia belum ada setahun masuk ke panti. Di hari pertama, dia memang sudah menarik perhatian kami. Dia ganteng, begitulah komentar salah satu temen cewekku. Tapi yang benar-benar menarik perhatianku adalah karena anak itu benar-benar sendiri. Tidak ada yang mengajaknya bermain. Bahkan anak-anak sekitar panti yang masih kecil (bukan anak panti, tapi sering bermain di sana) cenderung menolaknya untuk bergabung. Dan anak yang dewasa cenderung mengabaikannya karena berbagai alasan yang tidak jelas.
Menurut Pak Huda (pengasuh panti) dia adalah anak yang Hyperaktif. Di awal dia masuk ke sini, dia selalu berulah, meminta macam-macam dan selalu menangis keras-keras jika permintaannya tidak dipenuhi. Jadi panti memberikan perlakuan agak keras padanya, agar dia tidak terlalu berulah dan tidak lagi minta yang aneh-aneh.. Menurutnya, kini dia sudah lebih baik dan tidak minta yang aneh-aneh, tapi masih sering menangis. Dan kami memang sering melihat dia menangis entah apa sebabnya.
Hari ini aku datang lebih pagi dari biasanya. Aku melihat anak-anak kecil bermain sebuah permainan bowling tradisional (mereka melempar bola, pin bowling diganti nya dengan pecahan bata-bata, yang menjatuhkan paling banyaklah yang menang). Awalnya Si Josep cuma melihat permainan itu di dekat mereka, namun karena merasa tertarik dan mungkin dia terlalu menjiwai, dia jadi berteriak teriak kegirangan jika ada anak yang menjatuhkan banyak bata. Dan mungkin karena ekspresinya yang agak berlebihan itu, ada seorang anak yang merasa terganggu. Anak itu mengusir Josep, dia mendorongnya dan mengeluarkan kata-kata ejekan. Josep hanya mundur, dia tidak berani melawan anak yang jauh lebih kecil darinya itu. Sungguh kasihan aku melihatnya. Sempat aku mengajaknya bicara dan bermain, tapi dia hanya diam tak menjawab. Entah dia malu, atau mungkin dia takut padaku. ”Oke, targetku hari ini adalah membuat Josep bicara!”.
Setelah aku kembali dari perjalananku mengambil barang yang ketinggalan di rumah temanku, teman-temanku sudah datang di sana. Dan tampaknya mereka juga berfikiran sama denganku, yaitu membuat Josep mau berbicara pada kita. Mereka tampak mengajak bicara Josep yang masih bermain sendiri. Namun dia masih saja seperti tadi, tetap diam dan tidak menjawab. Bahkan ketika diberi makanan kecil, dia tidak mau menerimanya dan meninggalkan makanan itu. Susah juga membuat anak ini bicara. Teman-temanku ternyata juga telah mencari berbagai cara untuk membuat anak ini bicara, tapi tidak berhasil.
Kami sudah hampir kehabisan cara untuk mengajaknya bicara. Tapi suatu keajaiban terjadi saat wanda beli jajanan SD (itu lho, yang dijual di depan SD, yang isinya bakso, tapi menurutku rasanya gak kayak bakso), dia tiba-tiba nyeletuk ”yang itu enak!!” sambil memakan jajanannya. Walaupun mungkin itu merupakan hal biasa, namun itu adalah sebuah keajaiban bagi kami. Sebuah awal yang bagus.
Setelah menghabiskan jajanannya, dia bermain dengan bekas mainan teman-temannya yang tergeletak di dekat kami. Dia mulai menyusun balok-balok itu (lebih tepatnya potongan-potongan kayu) menyerupai sebuah kota. Tapi itu ternyata bukan kota, dia menyodok kayu-kayu itu seperti sedang bermain biliard. Hahaha, entah apa yang ada di pikirannya, yang penting dia senanglah. Melihat hal itu, aku jadi ikut-ikutan bermain dengan balok itu di dekatnya. Ternyata dia tidak menolak. Dia mulai mau berbicara dan bercanda denganku. Dia kemudian menyusun balok-baloknya menjadi sebuah tulisan.
Mama Yulli, ”Karena ini hari ibu, makanya aku mbuat ini...” celotehnya dengan penuh kepolosan.
Dia mulai mau bercerita tentang keluarganya. Mamanya berada di Jakarta dan papa-nya di Thailand. Dia juga bercerita kalau dia akan ke Jakarta di akhir tahun ini untuk merayakan ulang tahunnya yang kesebelas. Dia bercerita dulu dia sering memasak dengan mamanya, membuat jus, dan macam-macam lainnya. Dan permainan itu diakhiri dengan foto-foto bersama Josep. Senang rasanya melihat anak ini sudah mau berbicara dan mengobrol dengan kami. Pertemuan akhir itu diakhiri dengan foto-foto bareng Josep, tapi sayang, foto tidak bisa ditampilkan, karena fotonya masih di bawa si gilang.
Menurut Pak Huda (pengasuh panti) dia adalah anak yang Hyperaktif. Di awal dia masuk ke sini, dia selalu berulah, meminta macam-macam dan selalu menangis keras-keras jika permintaannya tidak dipenuhi. Jadi panti memberikan perlakuan agak keras padanya, agar dia tidak terlalu berulah dan tidak lagi minta yang aneh-aneh.. Menurutnya, kini dia sudah lebih baik dan tidak minta yang aneh-aneh, tapi masih sering menangis. Dan kami memang sering melihat dia menangis entah apa sebabnya.
Hari ini aku datang lebih pagi dari biasanya. Aku melihat anak-anak kecil bermain sebuah permainan bowling tradisional (mereka melempar bola, pin bowling diganti nya dengan pecahan bata-bata, yang menjatuhkan paling banyaklah yang menang). Awalnya Si Josep cuma melihat permainan itu di dekat mereka, namun karena merasa tertarik dan mungkin dia terlalu menjiwai, dia jadi berteriak teriak kegirangan jika ada anak yang menjatuhkan banyak bata. Dan mungkin karena ekspresinya yang agak berlebihan itu, ada seorang anak yang merasa terganggu. Anak itu mengusir Josep, dia mendorongnya dan mengeluarkan kata-kata ejekan. Josep hanya mundur, dia tidak berani melawan anak yang jauh lebih kecil darinya itu. Sungguh kasihan aku melihatnya. Sempat aku mengajaknya bicara dan bermain, tapi dia hanya diam tak menjawab. Entah dia malu, atau mungkin dia takut padaku. ”Oke, targetku hari ini adalah membuat Josep bicara!”.
Setelah aku kembali dari perjalananku mengambil barang yang ketinggalan di rumah temanku, teman-temanku sudah datang di sana. Dan tampaknya mereka juga berfikiran sama denganku, yaitu membuat Josep mau berbicara pada kita. Mereka tampak mengajak bicara Josep yang masih bermain sendiri. Namun dia masih saja seperti tadi, tetap diam dan tidak menjawab. Bahkan ketika diberi makanan kecil, dia tidak mau menerimanya dan meninggalkan makanan itu. Susah juga membuat anak ini bicara. Teman-temanku ternyata juga telah mencari berbagai cara untuk membuat anak ini bicara, tapi tidak berhasil.
Kami sudah hampir kehabisan cara untuk mengajaknya bicara. Tapi suatu keajaiban terjadi saat wanda beli jajanan SD (itu lho, yang dijual di depan SD, yang isinya bakso, tapi menurutku rasanya gak kayak bakso), dia tiba-tiba nyeletuk ”yang itu enak!!” sambil memakan jajanannya. Walaupun mungkin itu merupakan hal biasa, namun itu adalah sebuah keajaiban bagi kami. Sebuah awal yang bagus.
Setelah menghabiskan jajanannya, dia bermain dengan bekas mainan teman-temannya yang tergeletak di dekat kami. Dia mulai menyusun balok-balok itu (lebih tepatnya potongan-potongan kayu) menyerupai sebuah kota. Tapi itu ternyata bukan kota, dia menyodok kayu-kayu itu seperti sedang bermain biliard. Hahaha, entah apa yang ada di pikirannya, yang penting dia senanglah. Melihat hal itu, aku jadi ikut-ikutan bermain dengan balok itu di dekatnya. Ternyata dia tidak menolak. Dia mulai mau berbicara dan bercanda denganku. Dia kemudian menyusun balok-baloknya menjadi sebuah tulisan.
Mama Yulli, ”Karena ini hari ibu, makanya aku mbuat ini...” celotehnya dengan penuh kepolosan.
Dia mulai mau bercerita tentang keluarganya. Mamanya berada di Jakarta dan papa-nya di Thailand. Dia juga bercerita kalau dia akan ke Jakarta di akhir tahun ini untuk merayakan ulang tahunnya yang kesebelas. Dia bercerita dulu dia sering memasak dengan mamanya, membuat jus, dan macam-macam lainnya. Dan permainan itu diakhiri dengan foto-foto bersama Josep. Senang rasanya melihat anak ini sudah mau berbicara dan mengobrol dengan kami. Pertemuan akhir itu diakhiri dengan foto-foto bareng Josep, tapi sayang, foto tidak bisa ditampilkan, karena fotonya masih di bawa si gilang.
syukurlah... di tunggu fotonya ya dek.. ;)
BalasHapushehe
BalasHapusmenarik jugah..
chaYOOO!!
ditunggu fotonya josep yaa
BalasHapus