Hari Kedua dan Ketiga - Berjalan Lebih Baik
Baiklah, rencana besar di social care hari kedua kami adalah mengikuti tambahan pelajaran di kelas dan berbagi pengalaman dengan anak-anak panti tersebut. Dan rencana tersebut berjalan dengan lumayan lancar, walaupun belum maksimal. Karena jadwal pelajaran dipercepat tanpa pemberitauan, maka kami yang datang jam 9 sudah ketinggalan pelajaran dan kita baru masuk di tengah-tengah jam pelajaran dengan baju bebas + bersandal jepit. Pakaian yang lebih pantas dipakai untuk main ke rumah teman dari pada untuk masuk mengikuti pelajaran di tempat tersebut.
Pelajaran di tempat tersebut sama saja dengan pelajaran di sekolah kami. Bu Guru sedang mengajari materi logaritma dengan papan tulis berdebu mereka. Dan para siswa juga sama di sekolah kami, ada yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan juga ada yang mengobrol sendiri. Biasalah...kelakuan pelajar jaman sekarang. Tapi saat itu tidak ada siswa yang tidur di kelas seperti yang biasa kulakukan. Kebanyakan dari mereka memperhatikan setiap materi yang diberikan oleh sang guru.
Kami bertujuh duduk dan melihat pelajaran berlansung dengan tenang. Tapi kami grogi, tidak tahu apa yang harus kita katakan dan kita lakukan jika sang guru telah selesai dan memberikan waktunya bagi kami. Kami saling menunjuk siapa yang harus menjadi moderator dan memulai acara. Dan lagi-lagi mereka semua menunjukku sebagai ketua untuk maju pertama kali dan memulai acara. Ahh!! Sebel bener, padahal aku menerima jabatan itu dengan paksa dan karena mengira ketua hanya harus bertanggung jawab atas kelompoknya. Huuuhh...Dan akhirnya aku kembali menerima paksaan itu.
Dan setelah Bu Guru selesai mengajar, kami dipersilahkan untuk mengambil alih kelas. Aku dengan terpaksa harus mulai bicara di depan kelas dan menyampaikan maksud dari kami berada di sini. Belum ada 10 menit aku bicara, ada seorang anak yang meminta kami untuk mengerjakan sebuah soal try out dari Pri****ma yang belum terselesaikan. Begitu melihat celah kecil tersebut, aku langsung menawarkan diri untuk mengerjakan soal dan menyerahkan kendali kelas ke Wanda dan Erian.Wahahahaha!! Aku memang hebat! Rasakanlah tekanan berdiri dan ngomong di depan anak-anak secara live! Hoho.
Ternyata mereka lumayan bisa meng-handle kelas.
Aku memulai mengerjakan soal yang ada. Dengan ilmu kebatinanku aku memulai mengerjakan soal di sebuah kertas. Setelah merasa menemukan jawaban yang tepat aku mulai menuliskan cara untuk menjawab soal tersebut di papan tulis kapur yang ada. Dan Ayu-pun bertanya ”Mas, ada pilihan jawabannya gak di situ??” Dan ternyata ada. Aku mengambil soal dan mulai mencari-cari soal yang kukerjakan. Setelah menemukan soal yang dimaksud, aku memulai melihat pilihan jawaban di soal yang bernomor 16 tersebut. Berfikir sejenak. Aku maju ke depan kelas. Kemudian aku mengangkat tangan kananku dan aku berkata dengan penuh ekspresi “Aku menyerah!!”. Ternyata jawaban yang ketemukan tidak sesuai dengan pilihan jawaban yang ada di sana.
Ekspresiku benar-benar tidak bisa tergambarkan saat aku menyerah di depan kelas seperti itu. Untunglah Wanda dan Erian lumayan bisa jadi moderator yang baik, mereka bisa membuat topik-topik pembicaraan baru. Semua topik dari kegiatan panti, kegiatan di SMA 3 dan berbagai cita-cita sudah kami bahas. Sayang si Gilang tidak mau bercerita apa-apa di sana, padahal dia paling jago bercerita di antara kita. Dan acara tersebut diakhiri dengan berfoto bersama.
Setelah acara di sekolah selesai, para cewek menuju ke asrama putri untuk melanjutkan kegiatan mereka kemarin, dan kami para cowok, memilih untuk ikut ke asrama putra. Kami mulai berinteraksi dengan baik. Mereka mulai bercerita tentang kegiatan mereka di panti dan mereka juga mulai bertanya-tanya tentang SMA 3 dan sekitarnya. Yah lumayanlah daripada hari pertama kemarin, dimana kita hanya menjadi tukang bersih-bersih mushala.
Pelajaran di tempat tersebut sama saja dengan pelajaran di sekolah kami. Bu Guru sedang mengajari materi logaritma dengan papan tulis berdebu mereka. Dan para siswa juga sama di sekolah kami, ada yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan juga ada yang mengobrol sendiri. Biasalah...kelakuan pelajar jaman sekarang. Tapi saat itu tidak ada siswa yang tidur di kelas seperti yang biasa kulakukan. Kebanyakan dari mereka memperhatikan setiap materi yang diberikan oleh sang guru.
Kami bertujuh duduk dan melihat pelajaran berlansung dengan tenang. Tapi kami grogi, tidak tahu apa yang harus kita katakan dan kita lakukan jika sang guru telah selesai dan memberikan waktunya bagi kami. Kami saling menunjuk siapa yang harus menjadi moderator dan memulai acara. Dan lagi-lagi mereka semua menunjukku sebagai ketua untuk maju pertama kali dan memulai acara. Ahh!! Sebel bener, padahal aku menerima jabatan itu dengan paksa dan karena mengira ketua hanya harus bertanggung jawab atas kelompoknya. Huuuhh...Dan akhirnya aku kembali menerima paksaan itu.
Dan setelah Bu Guru selesai mengajar, kami dipersilahkan untuk mengambil alih kelas. Aku dengan terpaksa harus mulai bicara di depan kelas dan menyampaikan maksud dari kami berada di sini. Belum ada 10 menit aku bicara, ada seorang anak yang meminta kami untuk mengerjakan sebuah soal try out dari Pri****ma yang belum terselesaikan. Begitu melihat celah kecil tersebut, aku langsung menawarkan diri untuk mengerjakan soal dan menyerahkan kendali kelas ke Wanda dan Erian.Wahahahaha!! Aku memang hebat! Rasakanlah tekanan berdiri dan ngomong di depan anak-anak secara live! Hoho.
Ternyata mereka lumayan bisa meng-handle kelas.
Aku memulai mengerjakan soal yang ada. Dengan ilmu kebatinanku aku memulai mengerjakan soal di sebuah kertas. Setelah merasa menemukan jawaban yang tepat aku mulai menuliskan cara untuk menjawab soal tersebut di papan tulis kapur yang ada. Dan Ayu-pun bertanya ”Mas, ada pilihan jawabannya gak di situ??” Dan ternyata ada. Aku mengambil soal dan mulai mencari-cari soal yang kukerjakan. Setelah menemukan soal yang dimaksud, aku memulai melihat pilihan jawaban di soal yang bernomor 16 tersebut. Berfikir sejenak. Aku maju ke depan kelas. Kemudian aku mengangkat tangan kananku dan aku berkata dengan penuh ekspresi “Aku menyerah!!”. Ternyata jawaban yang ketemukan tidak sesuai dengan pilihan jawaban yang ada di sana.
Ekspresiku benar-benar tidak bisa tergambarkan saat aku menyerah di depan kelas seperti itu. Untunglah Wanda dan Erian lumayan bisa jadi moderator yang baik, mereka bisa membuat topik-topik pembicaraan baru. Semua topik dari kegiatan panti, kegiatan di SMA 3 dan berbagai cita-cita sudah kami bahas. Sayang si Gilang tidak mau bercerita apa-apa di sana, padahal dia paling jago bercerita di antara kita. Dan acara tersebut diakhiri dengan berfoto bersama.
Setelah acara di sekolah selesai, para cewek menuju ke asrama putri untuk melanjutkan kegiatan mereka kemarin, dan kami para cowok, memilih untuk ikut ke asrama putra. Kami mulai berinteraksi dengan baik. Mereka mulai bercerita tentang kegiatan mereka di panti dan mereka juga mulai bertanya-tanya tentang SMA 3 dan sekitarnya. Yah lumayanlah daripada hari pertama kemarin, dimana kita hanya menjadi tukang bersih-bersih mushala.
Hari ketiga juga berjalan hampir mirip dengan hari kedua. Para cowok masih saja ngobrol-ngobrol dengan santainya. Dan para cewek masih membuat sesuatu dengan kain flanel mereka.
cantik-cantik ya, temen2 ceweknya..hehehe..salam hangat.
BalasHapusHmm, jadi kangen untuk kembali lagi ke bangku sekolah hehehe..
BalasHapustu ada juga cowok ganteng yang pake baju ijo, hehe..
BalasHapusseru juga ya dek.. berarti temen-temen kamu respect dong ya sama kamu..
BalasHapusinget waktu dulu jadinya waktu ku masih sekolah..
BalasHapusdan ini gratisannya yang kedua ....
BalasHapussemoga semakin banyak mendapatkan gratisan dan semakin baik aja ...
huehehhehe ...