Pak Senyum Pepsoden, keluhan pelajar bodoh

Waktu berjalan begitu cepat. Dan tanpa terasa kini telah memasuki bulan Februari. Semakin dekat dengan perang besar yang akan dihadapi oleh seluruh pemuda Indonesia, Ujian Nasional. Banyak persiapan yang harus dilakukan, dan belajar-pun harus selalu ditingkatkan. Sekolahku juga turut melakukan persiapan dengan mengubah jadwal pelajaran kelas XII menjadi pelajaran UN saja. Semua mata pelajaran yang tidak diujikan di UN, dihapus untuk sementara. Sebenarnya aku sih senang-senang saja, karena aku tidak perlu lagi mempelajari materi yang cukup merepotkan seperti B. Jepang atau sejarah. Tapi ada satu hal yang menyesakkan hatiku, yaitu aku jadi sering bertemu dengan Pak Senyum Pepsoden (nama sengaja disamarkan)

Pak Senyum Pepsoden (selanjutnya disebut Pak Sepep) adalah salah satu guruku. Saat mengajar, beliau selalu menunjukan senyum lebarnya yang khas yang menandakan beliau adalah orang baik yang (mungkin) rendah hati. Lalu apa yang membuat aku tidak suka pada guru yang rendah hati itu?? Yaitu cara mengajarnya.

Pak Sepep selalu mengajar dengan suara pelan, tanpa kharisma sama sekali, cara pengajaran kurang atraktif, garing, dan tidak lupa selalu tersenyum setiap menit. Aku selalu tidur saat pelajarannya. Atau ngobrol dengan teman-teman. Atau main game di hape. Atau baca komik. Atau baca novel. Pokoknya aku sering atau bahkan selalu tidak pernah memperhatikan pelajarannya. Dan hasilnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah aku mendapat 77 di rapor pada pelajaran yang dia ampu. Menyebalkan.

Memang sih, itu semua adalah salahku. Aku yang tidak pernah memperhatikan pelajaran tidak mungkin akan mendapat nilai yang bagus. Tapi jika aku mau memperhatikan pun rasanya tidak ada pengaruhnya. Suaran pelannya seakan ditelan oleh udara sebelum sampai di telingaku. Aku tidak pernah kena marah saat berpetualang di alam mimpi. Begitu juga teman-temanku. Ada yang ngobrol, tidur dan banyak kegiatan-kegiatan tidak penting lainnya yang membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif yang menambah ketidak tertarikanku untuk mengikuti pelajaran.

Kenapa ada guru seperti itu?? Huuft..Memang menjadi seorang guru tidak semudah yang aku bayangkan, dan mungkin beliau sudah berusaha semampunya untuk memberikan yang terbaik bagi kita. Dan mungkin cuma aku saja yang terlalu membesar-besarkan masalah ini. Aku hanya sedih, tertekan melihat kurang memuaskannya nilaiku. Nilai di mata pelajaran yang dulu kukuasai dengan baik. Nilai di mata pelajaran yang akan menentukan masa depanku. Hmm..maaf ya pak..

NB : Nama Pak Senyum Pepsoden sebenarnya bukan nama julukan dariku, tapi nama ini kutemukan di blognya mbak ririn dulu-dulu sekali...
Dan aku dosa nggak ya ngomongin orang kayak gini?? Guruku lagi..hehe