Hidup di Jalan Memang Berat
Kemarin aku melakukan sesuatu yang tak terduga, yaitu duduk di emperan sebuah toko yang tutup di depan bangjo perempatan dekat rumahku. Ngapain? Cuma duduk. Aku memang sering melakukan hal tak terduga saat aku sedang dilanda rasa bosan atau sedang badmud. Tapi yang ingin kubahas di sini bukanlah rentetan hal bodoh nan tidak berguna yang kulakukan, melainkan hal-hal yang kulihat di jalan saat itu.
Saat pertama kali aku duduk, aku merasa aneh. Semua mata tertuju padaku. Mungkin mereka semua berfikir, untuk apa ada remaja yang datang naik motor lalu duduk begitu saja di emperan toko. Mungkin mereka pikir aku gila. Tapi aku memang gila, haha. Untunglah sikap cuek ku bisa mengembalikan semua keadaan menjadi normal.
Beberapa saat setelah aku duduk, dari kejauhan aku melihat seorang kakek-kakek bersepeda. Dia memakai baju Korpri atau apalah itu namanya, pokoknya dia memakai baju yang sering dipakai oleh guru-guruku di sekolah. Jangan-jangan beliau juga seorang guru. Rambutnya yang hampir semua berwarna putih menandakan umurnya yang sudah pantas disebut tua. Tapi kakek itu hebat, dia masih bisa bersepeda dengan kecepatan tinggi di tengah teriknya matahari saat itu (sekitar jam 12siang). Tidak lama kemudian, Kraakkkkk...terdengar suara seperti itu dari arah sang kakek. Ternyata kakek itu sedang memperlambat laju sepedanya dengan menggesekan kakinya dengan jalan alias mengerem dengan kaki. Hal yang sering aku lakukan saat aku masih SD dulu. Hebat juga tuh kakek, mungkin beliau meniru gerakan anak kecil agar merasa muda kembali, hehe. Atau mungkin memang rem nya yang tidak bisa digunakan. Tauklah..
Baru 10 menit aku duduk di sana, aku sudah tidak betah. Aku tidak kuat menahan panasnya matahari yang serasa membakar kulit. Aku melihat sekeliling. Ternyata di sekelilingku banyak sekali orang yang bekerja membanting tulang di siang yang panas ini. Tidak seperti aku yang hanya duduk-duduk karena malas, mereka bekerja dengan sungguh-sungguh demi mengisi perut mereka. Aku tidak bisa membayangkan jika aku ada di posisi mereka.
Di sebelah kiri saya ada tukang las. Bisa dibayangkan betapa panasnya di sana. Di saat hari yang panas itu mereka harus berurusan dengan api bersuhu tinggi yang tentu saja menambah panas udara di sekeliling mereka. Lalu di sebelahnya lagi ada toko bangunan, di mana banyak tukang yang sibuk memotong besi yang panjang-panjang (aku yakin ada istilah khususnya, tapi aku gak tau, hehe). Kenapa mereka gak istirahat di hari yang panas ini??
Kita beralih ke sebelah kanan. Di sana ada rentetan tukang becak yang menanti penumpang. Karena saking banyaknya tukang becak, mereka biasanya hanya mendapat 2-3 penumpang setiap harinya.Bahkan katanya mereka sering hanya mendapat satu penumpang dalam sehari.
Sungguh berat hidup di jalan. Mereka tentu saja tidak menginginkan ini semua, mana ada orang yang mau berpanas-panas di jalan hanya demi sedikit uang. Tapi keadaan memaksa mereka. Itulah jalan yang mereka pilih untuk menyambung hidup keluarga mereka.
Kita harus bersyukur karena kita telah diberi anugrah yang tidak semua orang miliki. Kita bisa duduk santai di depan dasbor dan melakukan hal-hal yang kita sukai. Mungkin kapan-kapan aku akan kembali duduk di pinggir jalan. Hanya duduk dan melihat betapa besarnya kasih sayang Tuhan kepada kita. Semoga aku masih bisa melakukannya.
NB : sekitar 25 menit setelah aku duduk di sana, aku memutuskan untuk pulang karena tidak kuat menahan panasnya..
Saat pertama kali aku duduk, aku merasa aneh. Semua mata tertuju padaku. Mungkin mereka semua berfikir, untuk apa ada remaja yang datang naik motor lalu duduk begitu saja di emperan toko. Mungkin mereka pikir aku gila. Tapi aku memang gila, haha. Untunglah sikap cuek ku bisa mengembalikan semua keadaan menjadi normal.
Beberapa saat setelah aku duduk, dari kejauhan aku melihat seorang kakek-kakek bersepeda. Dia memakai baju Korpri atau apalah itu namanya, pokoknya dia memakai baju yang sering dipakai oleh guru-guruku di sekolah. Jangan-jangan beliau juga seorang guru. Rambutnya yang hampir semua berwarna putih menandakan umurnya yang sudah pantas disebut tua. Tapi kakek itu hebat, dia masih bisa bersepeda dengan kecepatan tinggi di tengah teriknya matahari saat itu (sekitar jam 12siang). Tidak lama kemudian, Kraakkkkk...terdengar suara seperti itu dari arah sang kakek. Ternyata kakek itu sedang memperlambat laju sepedanya dengan menggesekan kakinya dengan jalan alias mengerem dengan kaki. Hal yang sering aku lakukan saat aku masih SD dulu. Hebat juga tuh kakek, mungkin beliau meniru gerakan anak kecil agar merasa muda kembali, hehe. Atau mungkin memang rem nya yang tidak bisa digunakan. Tauklah..
Baru 10 menit aku duduk di sana, aku sudah tidak betah. Aku tidak kuat menahan panasnya matahari yang serasa membakar kulit. Aku melihat sekeliling. Ternyata di sekelilingku banyak sekali orang yang bekerja membanting tulang di siang yang panas ini. Tidak seperti aku yang hanya duduk-duduk karena malas, mereka bekerja dengan sungguh-sungguh demi mengisi perut mereka. Aku tidak bisa membayangkan jika aku ada di posisi mereka.
Di sebelah kiri saya ada tukang las. Bisa dibayangkan betapa panasnya di sana. Di saat hari yang panas itu mereka harus berurusan dengan api bersuhu tinggi yang tentu saja menambah panas udara di sekeliling mereka. Lalu di sebelahnya lagi ada toko bangunan, di mana banyak tukang yang sibuk memotong besi yang panjang-panjang (aku yakin ada istilah khususnya, tapi aku gak tau, hehe). Kenapa mereka gak istirahat di hari yang panas ini??
Kita beralih ke sebelah kanan. Di sana ada rentetan tukang becak yang menanti penumpang. Karena saking banyaknya tukang becak, mereka biasanya hanya mendapat 2-3 penumpang setiap harinya.Bahkan katanya mereka sering hanya mendapat satu penumpang dalam sehari.
Sungguh berat hidup di jalan. Mereka tentu saja tidak menginginkan ini semua, mana ada orang yang mau berpanas-panas di jalan hanya demi sedikit uang. Tapi keadaan memaksa mereka. Itulah jalan yang mereka pilih untuk menyambung hidup keluarga mereka.
Kita harus bersyukur karena kita telah diberi anugrah yang tidak semua orang miliki. Kita bisa duduk santai di depan dasbor dan melakukan hal-hal yang kita sukai. Mungkin kapan-kapan aku akan kembali duduk di pinggir jalan. Hanya duduk dan melihat betapa besarnya kasih sayang Tuhan kepada kita. Semoga aku masih bisa melakukannya.
NB : sekitar 25 menit setelah aku duduk di sana, aku memutuskan untuk pulang karena tidak kuat menahan panasnya..
bagus sekali. kamu bisa mengamati kehidupan orang2 dan itu membuatmu berpikir utk giat bekerja di masa dewasa nanti. krn hidup adalah perjuangan.
BalasHapusYupzz..Kita memang harus bersyukur karena diberi anugrah yang tidak dimiliki semua orang...
BalasHapusterus..coba main ke rumah sakit..biar bisa lebih bersyukur atas kesehatan yang diberikan Tuhan kepada kita..
nice post.. :D
bersyukur di setiap kondisi, bersabar di setiap situasi....
BalasHapusmakanya ayoo berjuang truss blajar, jangan malas2 blajar, toh kmu dah dikasih kesempatan lbih baik drpd mereka.
BalasHapusmbak fanny : itu juga gak sengaja kok mbak..entah kenapa aku tiba2 pengen duduk di situ dan tanpa sadar aku jadi mengamati di sekeliling..hehe
BalasHapusiyah bener kita harus bersyukur dengan yg kita terima sekarang ^^
BalasHapusayo edo kita sama2 berdoa mudah2an masa depan kita lancar yaaa.....aminnnnnnnn.... aku kasih tau aja do.. kamu kan pgn kul di bandung... kamu harus masuk jurusan yg bener2 kamu suka biar kamu enjoy ngejalaninnya.. semangat ya edo..... ^^
BalasHapusHai,
BalasHapusdatang mau ngucapin
happy lunar
happy valentine's day
happy ash wednesday
buat yang merayakan, yang nggak merayakan semoga bulan penuh cinta ini selalu membawa kebahagiaan dan kedamaian...
Ninneta
dapet pelajaran juga sob
BalasHapuskok sama lagi?
BalasHapusAku juga hobi duduk di pinggir jalan. Tapi bedanya kadang aku kalo lagi gak sadar bsia sampai sejam dua jam.
Aku suka banget ngamatin semua hal yang terjadi di jalan. Banyak yang bsia kita pelajari dari kerasnya jalanan...
edo....tolong adit yah...untuk vote blog secretoftrifle di kontes djarum black....km bisa melihat keteranganya di sidebar kanan blog q yang paling ats....makasih ya do sebelume.....
BalasHapusaduh, duduk di pinggir jalan?
BalasHapuskeluar rumah aja udah panas >_<
tapi emg org yg hidup di jln penuh perjuangan banget ya. kadang suka kasihan ^^
@ mbak ice blended vanila : iya mbak..tapi aku udah terlanjur ketrima di it-telkom jurusan t.elektro ik..masih pengen itb padahal..
BalasHapus@ yunna : gak panas tuh sejam dua jam?? aku duduk setengah jam aja panas banget..
hidup penuh tantangan jalani hidup apaadanya
BalasHapusnide artickel
BalasHapusmereka kuat karena sudah terbiasa. tulisan ini juga mengingatkan saya untuk berempati dan terus bersyukur...
BalasHapushidup ini berat... hikshiks.. terharu..
BalasHapuseh, edo kok nggak jadi follow keboo??
kita sering diperingatkan atau diinspirasikan hal seperti itu
BalasHapustapi kita sering tidak pernah jera dan tetap melakukan hal yang gak berguna...
hoohhhh... tapi cerita ini sudah memberikan inspirasi
tinggal yang membacanya saja
perenungan dari aktivitas yg sedarhana.. semakin sering dilakukan semakin baik, meskipun tidak dalam keadaan yg sama :)
BalasHapuspertama kalinya dalam sejarah commentku mencapai angka 20!! hahaha (walaupun ditambahin comment sendiri, hehe)
BalasHapusTrimakasih atas semua commentnya yaa..aku terharu nih..hehe