Menulis Itu Butuh Hati
Menurutku menulis itu butuh hati. Untuk menghasilkan tulisan yang baik diperlukan sebuah bumbu agar tulisan itu menjadi lebih hidup. Selain gaya bahasa, pemilihan kata dan tema, unsur perasaan juga dibutuhkan. Letupan emosi yang dikeluarkan penulis saat menuliskan karyanya seakan-akan menjadi bumbu yang paling mujarab dalam sebuah karya. Dengan emosi jiwa yang membara, seorang penulis secara otomatis akan mengalirkan ide bak sebuah air terjun yang mengalir deras. Emosi dapat memaksimalkan faktor lain yang membuat tulisan menjadi semakin mengena, seperti pemilihan kata dan gaya bahasa.
Mari kita lihat orang-orang yang sedang terkena masalah cinta, baik itu jatuh cinta atau putus cinta. Mereka yang sedang terkena virus ajaib itu seolah-olah menjelma menjadi penyair kondang dalam menghasilkan karyanya. Mereka selalu bisa menghasilkan karya-karya yang selalu mengena di hati para pembaca. Mengapa? Karena saat menulisnya, mereka di penuhi emosi yang tak terlukis. Emosi jiwa yang menghasilkan karya langka. Itulah mengapa aku berkata, bahwa menulis itu butuh hati.
Tapi bagaimana caranya jika kita sedang tidak ingin menulis, tapi kita diharuskan untuk menulis sebuah karya? Yah, saya juga tidak tahu caranya. Jika saya tahu, saya akan selalu posting setiap hari dengan tulisan-tulisan yang bermutu. Tidak seperti sekarang, posting sesekali dan hanya beberapa postinganku yang bisa dikatakan aku mencurahkan perasaanku saat menulisnya. Sisanya, hanyalah tulisan biasa yang kubuat untuk memenuhi posting di blog. Tidak lebih.
Oleh karena itu kita harus segera menulis saat kita ingin menulis. Jangan menundanya dengan alasan apapun atau kita akan kehilangan feel dan perasaan yang menggebu-gebu itu. Sebuah hasrat yang selalu dipendam lama kelamaan akan hilang. Jangan pernah menunda untuk menulis saat kita ingin, karena jika kita menundanya sebentar saja, kita akan kehilangan kesempatan untuk merasakan bagaimana nikmatnya menulis dengan jiwa.
Jangan hanya berfikir, tapi lakukan saja apa yang kamu pikirkan sekarang.
Mari kita lihat orang-orang yang sedang terkena masalah cinta, baik itu jatuh cinta atau putus cinta. Mereka yang sedang terkena virus ajaib itu seolah-olah menjelma menjadi penyair kondang dalam menghasilkan karyanya. Mereka selalu bisa menghasilkan karya-karya yang selalu mengena di hati para pembaca. Mengapa? Karena saat menulisnya, mereka di penuhi emosi yang tak terlukis. Emosi jiwa yang menghasilkan karya langka. Itulah mengapa aku berkata, bahwa menulis itu butuh hati.
Tapi bagaimana caranya jika kita sedang tidak ingin menulis, tapi kita diharuskan untuk menulis sebuah karya? Yah, saya juga tidak tahu caranya. Jika saya tahu, saya akan selalu posting setiap hari dengan tulisan-tulisan yang bermutu. Tidak seperti sekarang, posting sesekali dan hanya beberapa postinganku yang bisa dikatakan aku mencurahkan perasaanku saat menulisnya. Sisanya, hanyalah tulisan biasa yang kubuat untuk memenuhi posting di blog. Tidak lebih.
Oleh karena itu kita harus segera menulis saat kita ingin menulis. Jangan menundanya dengan alasan apapun atau kita akan kehilangan feel dan perasaan yang menggebu-gebu itu. Sebuah hasrat yang selalu dipendam lama kelamaan akan hilang. Jangan pernah menunda untuk menulis saat kita ingin, karena jika kita menundanya sebentar saja, kita akan kehilangan kesempatan untuk merasakan bagaimana nikmatnya menulis dengan jiwa.
Jangan hanya berfikir, tapi lakukan saja apa yang kamu pikirkan sekarang.
ada caranya, do.
BalasHapusmusik dan film. simak keduanya. dua hal yang mencerminkan emosi lain selain emosi yg ada di hati kita. niscaya jadi pengen nulis ^^
terimakasih tipsnya sahabat
BalasHapusmenulis itu ungkapan hati....
BalasHapusmemang menulis perlu melibatkan hati agar hasilnya bagus
BalasHapusPendapatnya saya setuju,,menulis tanpa hati di ibaratkan sayur tanpa garam...
BalasHapusPeternakan Hasilkan 51 % Gas Rumah kaca
elok nulis komment ini juga pake hati, emosi menggebu-gebu.. ^ ^
BalasHapusnice posting.. thank you
yang penting tetep nulis ya...hehehehe
BalasHapustul kalo gak menulis dg hati jadinya kering
BalasHapusbiasanya kalo patah hati atau sedih hasilnya lebih baik dek ehehe
BalasHapusbener, yang penting nulis, hahahah
BalasHapusdengan hati n nyali sam...punya hati tp gak punya nyali akhirnya cuman didikte ama diktator doang
BalasHapusSetuju bangged.. tapi tanpa pengalaman, juga tidak akan bagus.
BalasHapusApalagi saya blogger pemula, baru belajar menulis yang dulunya hampir tidak pernah saya lakukan..
Makasih berbaginya, sangat bermanfaat.
oia jika diperkenankan, saya follow Anda, biar selalu dapat update artikel Anda yang terbaru
BalasHapusitulah kekurangan saya friend nulis tanpa make hati cuma yang ada dikepala
BalasHapusyap betul sekali..emosi faktor utama orang dapat menulis :D
BalasHapusSALAM DARI JERUK..ditunggu kunjugan baliknya
Setuju! Menulis apa yang anda rasa, maka tulisan itu pun akan sampai ke perasaan pembaca. Lanjutkan...
BalasHapussegera menuli saat kita ingin menulis...
BalasHapussetuju, itu lebih enak, walu ntarnya cuma jadi draft.. yang penting sedikit ide udah tertulis
:P
bener bgt yg paragraf terakhir , do .
BalasHapusak sering bgt ky gt . .
haha . ud ad ide , lupa nulis .