Krisis Berita
Aku sedang mengalami masa transisi dari yang tadinya anak rumahan, menjadi anak asrama, dan sekarang menjadi anak kontrakan. Dan karena kontrakan ku masih terhitung baru (3 bulanan lah), di kontrakan ku gak ada apa-apa sampai saat ini. Alat-alat elektronik di rumahku cuma 7 buah leptop, 4 buah magic jar mini dan sebuah dispenser. Gak ada tipi! Sekali lagi saya perjelas, GAK ADA TIPI!
Kami udah melalui masa-masa 3 bulan ini tanpa adanya pancaran radiasi televisi yang menerpa. Kangen rasanya melihat iklan-iklan yang terkadang lucu muncul di sana. Kangen juga melihat sinetron-sinetron Indonesia yang isinya rebutan harta dan atau cinta-berantem-bunuh2an-yang jahat kalah (Kalau udah nyampe level ini, penyelesaian nya cuma 2, hidup bahagia selamanya atau muncul season berikutnya).
Tapi yang paling parah dari semua itu adalah agak ada berita! Rasanya seperti terdampar di pulau terpencil tanpa adanya saluran informasi. Kami benar-benar tidak tahu berita. Tidak tau kalau ada wabah ulet bulu, telat tahu kalo ada tsunami di Jepang. Dan kami juga tidak tahu lagu-lgau terbaru kangen band dan si udin. Kosong sekali rasanya inbox di otak kami mengenai dunia luar.
Selain itu kami juga tidak (atau mungkin belum) langganan koran. Hal itu hampir menambah miskin nya lalu lintas info dunia dalam otak kita. Kangen rasanya membalik-balik koran, lalu tiba-tiba menemukan artikel menarik dan melahapnya. Atau melihat sebuah gambar dan ingin tahu itu apa. Kangen juga saat iseng mengganti-ganti channel lalu terhenti sesaat dan "eh, ada apa nih??" berhenti dan menikmati berita yang ada.
Memang ada internet sih, tapi kalau si sinyal lagi ngambek dan hilang dari peradaban kan repot. Atau saat si kuota udah dalam masa kritis, si berita internet akan sangat susah dijangkau, hehe. Memang gak ada yang ngalahin deh pertukaran berita dari televisi dan koran. Tanpa mereka, kamu akan merasakan apa yang dinamakan krisis berita, dan kami sekarang sedang mengalaminya, huft.
Kami udah melalui masa-masa 3 bulan ini tanpa adanya pancaran radiasi televisi yang menerpa. Kangen rasanya melihat iklan-iklan yang terkadang lucu muncul di sana. Kangen juga melihat sinetron-sinetron Indonesia yang isinya rebutan harta dan atau cinta-berantem-bunuh2an-yang jahat kalah (Kalau udah nyampe level ini, penyelesaian nya cuma 2, hidup bahagia selamanya atau muncul season berikutnya).
Tapi yang paling parah dari semua itu adalah agak ada berita! Rasanya seperti terdampar di pulau terpencil tanpa adanya saluran informasi. Kami benar-benar tidak tahu berita. Tidak tau kalau ada wabah ulet bulu, telat tahu kalo ada tsunami di Jepang. Dan kami juga tidak tahu lagu-lgau terbaru kangen band dan si udin. Kosong sekali rasanya inbox di otak kami mengenai dunia luar.
Selain itu kami juga tidak (atau mungkin belum) langganan koran. Hal itu hampir menambah miskin nya lalu lintas info dunia dalam otak kita. Kangen rasanya membalik-balik koran, lalu tiba-tiba menemukan artikel menarik dan melahapnya. Atau melihat sebuah gambar dan ingin tahu itu apa. Kangen juga saat iseng mengganti-ganti channel lalu terhenti sesaat dan "eh, ada apa nih??" berhenti dan menikmati berita yang ada.
Memang ada internet sih, tapi kalau si sinyal lagi ngambek dan hilang dari peradaban kan repot. Atau saat si kuota udah dalam masa kritis, si berita internet akan sangat susah dijangkau, hehe. Memang gak ada yang ngalahin deh pertukaran berita dari televisi dan koran. Tanpa mereka, kamu akan merasakan apa yang dinamakan krisis berita, dan kami sekarang sedang mengalaminya, huft.
waduh, kalo gak tau berita emang gak enak sama sekali
BalasHapuswow, betapa sunyinya hidupmu... he he he...
BalasHapusBerbanding terbalik dengan kehidupan gue
BalasHapusDi ruma gue ada tipi...
tapi gue-nya malah jarang nonton tipi
hhe