Aku Kembali Ragu
Aku kembali ragu dengan pilihan universitas yang akan kumasuki kelak. Aku benar-benar ingin masuk ITB. Sekolah yang katanya Gilang adalah ”Institut Terbaik Bangsa” itu berhasil dengan sukses untuk menarik minat dan perhatian besarku. Aku akan merasa sangat bangga jika berhasil terdaftar sebagai salah satu mahasiswa di perguruan tinggi itu. Aku juga merasa kalau aku akan memiliki masa depan yang cerah di sana.
Membayangkan jika aku bisa diterima di ITB saja sudah membuatku benar-benar senang. Sebuah ekspresi yang tak bisa terungkapkan, perasaan gembira yang mengharu-biru. Mungkin aku akan berteriak-teriak, loncat-loncat dan guling-guling karena saking senangnya. Bahkan mungkin aku juga akan meneteskan air mata kebahagiaan untuk pertama kalinya (karna sebelumnya aku belum pernah nangis gara-gara bahagia). Ekspresi seperti apapun tidak akan bisa menggambarkan perasaanku saat menerima sebuah anugrah yang sangat besar itu. (Semoga aku diterima..Amiin..)
Tapi jika membayangkan aku tidak diterima. Huuuhh..benar-benar membuatku pusing. Aku akan merasa benar-benar hancur menerima sebuah kegagalan besar yang pertama dalam hidupku. Oke, ini bukan kegagalan yang pertama, tapi tetap saja akan berdampak pada psikologiku. Melihat teman-temanku bisa masuk dan diterima di ITB akan membuatku bangga sekaligus iri. Dan menyesal. Kenapa dulu aku tidak mengikuti jalan mereka, mengikuti UM-ITB yang memberikan kesempatan lebih besar dari pada SNMPTN yang kuikuti. Walaupun semua orang berusaha menghiburku dan berkata, ”Halah, kamu kan udah ketrima di Telkom dan Telkom juga bagus kok..”, tapi aku tetap saja merasa sedih jika tidak bisa mencapai salah satu impianku itu.
Karena itu, kini aku ragu. Apakah aku harus tetap mengambil STT- Telkom yang mengharuskanku membayar 27juta, lalu mengikuti SNMPTN ITB, dan jika diterima di ITB, uangku hanya kembali 12juta. Ataukah aku harus melepas Telkom dan mengalihkan 27juta-nya untuk mendaftar di UM-ITB terpusat, sehingga jika aku gagal di situ aku masih bisa berjuang di SNMPTN. Tapi jika aku melepas Telkom dan kalah di dua medan perang itu (UM dan SNMPTN), aku akan mendapatkan perguruan tinggi yang kurang berkualitas. Dan mungkin aku lebih memilih untuk menganggur selama setahun daripada harus masuk ke perguruan tinggi seperti itu.
Memang, mengambil STT- Telkom merupakan jalan yang paling aman. Jika aku gagal di SNMPTN, aku masih punya universitas yang juga termasuk di jajaran universitas ternama Indonesia. Dan soal 15juta yang harus aku relakan, anggap saja itu uang jaminan yang harus kubayarkan. Tapi itu akan memperkecil kesempatanku untuk masuk di ITB (aku benar-benar ingin masuk ke sana!!), karena aku hanya bisa berjuang sekali, di SNMPTN. Huuuuuuhhhhh....pusiingggg...T.T
Semoga Allah menunjukan jalan yang terbaik untukku...Amiin..
Membayangkan jika aku bisa diterima di ITB saja sudah membuatku benar-benar senang. Sebuah ekspresi yang tak bisa terungkapkan, perasaan gembira yang mengharu-biru. Mungkin aku akan berteriak-teriak, loncat-loncat dan guling-guling karena saking senangnya. Bahkan mungkin aku juga akan meneteskan air mata kebahagiaan untuk pertama kalinya (karna sebelumnya aku belum pernah nangis gara-gara bahagia). Ekspresi seperti apapun tidak akan bisa menggambarkan perasaanku saat menerima sebuah anugrah yang sangat besar itu. (Semoga aku diterima..Amiin..)
Tapi jika membayangkan aku tidak diterima. Huuuhh..benar-benar membuatku pusing. Aku akan merasa benar-benar hancur menerima sebuah kegagalan besar yang pertama dalam hidupku. Oke, ini bukan kegagalan yang pertama, tapi tetap saja akan berdampak pada psikologiku. Melihat teman-temanku bisa masuk dan diterima di ITB akan membuatku bangga sekaligus iri. Dan menyesal. Kenapa dulu aku tidak mengikuti jalan mereka, mengikuti UM-ITB yang memberikan kesempatan lebih besar dari pada SNMPTN yang kuikuti. Walaupun semua orang berusaha menghiburku dan berkata, ”Halah, kamu kan udah ketrima di Telkom dan Telkom juga bagus kok..”, tapi aku tetap saja merasa sedih jika tidak bisa mencapai salah satu impianku itu.
Karena itu, kini aku ragu. Apakah aku harus tetap mengambil STT- Telkom yang mengharuskanku membayar 27juta, lalu mengikuti SNMPTN ITB, dan jika diterima di ITB, uangku hanya kembali 12juta. Ataukah aku harus melepas Telkom dan mengalihkan 27juta-nya untuk mendaftar di UM-ITB terpusat, sehingga jika aku gagal di situ aku masih bisa berjuang di SNMPTN. Tapi jika aku melepas Telkom dan kalah di dua medan perang itu (UM dan SNMPTN), aku akan mendapatkan perguruan tinggi yang kurang berkualitas. Dan mungkin aku lebih memilih untuk menganggur selama setahun daripada harus masuk ke perguruan tinggi seperti itu.
Memang, mengambil STT- Telkom merupakan jalan yang paling aman. Jika aku gagal di SNMPTN, aku masih punya universitas yang juga termasuk di jajaran universitas ternama Indonesia. Dan soal 15juta yang harus aku relakan, anggap saja itu uang jaminan yang harus kubayarkan. Tapi itu akan memperkecil kesempatanku untuk masuk di ITB (aku benar-benar ingin masuk ke sana!!), karena aku hanya bisa berjuang sekali, di SNMPTN. Huuuuuuhhhhh....pusiingggg...T.T
Semoga Allah menunjukan jalan yang terbaik untukku...Amiin..
pilih sesuai minatmu aja. jgn lupa berdoa dulu
BalasHapussependapat sama mbak fanny dek... jangan lupa sholat tahajjud, istikharah juga ya..
BalasHapusmasku pada saat kelas 3 SMA, cerdas dan beruntung.. dia daftar dimana aja keterima. kecuali sekolah pilot karena minus. dia daftar masuk UGM langsung diterima di fakultas teknik.. jurusannya aku lupa. tapi ternyata itu gak menyelesaikan masalah. bayangannya dia mungkin nanti akan jadi dosen. dia stres selama setahun di jogja krn berbagai macam hal..mungkin juga karena ngga sesuai dengan cita-cita sebenernya. kamu tau apa cita2nya? dokter. iya dia pengen jadi dokter. tapi banyak orang nyepelein krn keuangan keluarganya yang gak memungkinkan. tapi terus dia ikut SPMB lagi. dan dia diterima. ngga seperti yg dia bayangkan, masuk FK Unair.. ternyata ada banyak beasiswa asal kamu rajin dan niat, dia juga sambil jadi kolumnis lepas dan pernah ngajar bimbingan. sekarang.... dia sudah dokter muda. berhasil membungkam ketidakpercayaan orang2 akan kemampuannya. I'm so proud of him ;) yang penting apa cita2mu. perjuangkan ya dek :D tersesat itu ngga enak, dan ngga nyaman.. kecuali jika Allah menghendaki lain.. mungkin dia punya rencana yang lebih indah. yang penting usaha dulu, dan berdo'a kepadaNya :)
@ mbak anyin : ugh...aku terharu mbak..mbak anyin mau repot2 comment panjang2 cm buat ngasih pencerahan buat adekmu yg bodoh ini,,ughh..makasih mbak atas pencerahannya..
BalasHapus:')
berapa Do...??? 27 juta? itu mau sekola atau apah...*sumpah! mbak geleng2 kepala* Jangan terlalu obses Dik, dimanapun nanti kuliahnya, yakinlah, kalau itu yang terbaik. Mungkin istikharah adalah piliha. Semoga Allah memberi kelapangan hati dan keluasan fikiran. Insya Allah
BalasHapusaku idem sama mbak anyin do,hehehe
BalasHapusidem tu apaan??
BalasHapusidem: 'idem' tuh sama / setuju dg sebelumnya^^
BalasHapusdek, kalo nentuin jurusan untuk kuliah jangan dibuat maen2.. sayang atuh buang duit ortu dan buang waktu. lebih baik dipikirkan matang2. banyak diskusi dengan ortu atau guru pembimbing di sekolah.
Sukses selalu semoga Allah memberikan jalan yang terbaik dan kelancaran buat kamu ^^
salam kenal
BalasHapus