Balada Rambut Seledri
Aku selalu memelihara rambutku. Gak tau kenapa, aku suka aja. Aku merasa keren jika berambut panjang. Hehe. Yah, tapi berkat itu juga aku sering diburu oleh para guru karena rambutku ini. Lumayanlah untuk menambah pengalaman di SMA ku ini. Hoho..
Senin itu, saat diadakan upacara terakhir bagi anak kelas 3, terjadi sebuah kejadian di luar akal sehat. Hampir seratus anak cowok di tarik mundur dari barisan dan membentuk sebuah barisan baru di belakang yang biasanya digunakan untuk para pelanggar hukum. Gila. Bayangkan jumlahnya, hampir 100 orang! Dan mungkin lebih. Untuk apa kami dikumpulkan di barisan belakang? Apa kesalahan kami? Ataukah ini adalah upacara yang di khususkan untuk anak cewek jadi cowok gak boleh ikut?? Ini jaman emansipasi! Kami butuh persamaan hak!! Yeah!
Setelah upacara, kami yang bertanya-tanya ini akhirnya mendapatkan sebuah titik terang. Ternyata masalahnya ada pada rambut! Rambut kita dianggap panjang dan dianggap kurang rapi untuk mengikuti ujian nasional. Ahh…kenapa ujian nasional juga mengurusi penampilan?? Emang panitianya mau repot-repot mengamati satu-satu rambut para pesertanya? Aneh-aneh aja ih.
Aku sih terima-terima saja kalau rambutku di bilang panjang. Aku sudah berkali-kali mengalami hal ini (berpengalaman!). Tapi ada beberapa temanku yang protes karena menurut mereka, rambutnya tidak panjang dan cukup rapi.
“Pak, saya mau minta definisi rambut pendek pak!!” Teriak seorang temanku dengan gagah berani. “Gila nih anak, masak rambut pendek ada definisinya?!” gitu pikirku. Dia memang anak yang pandai dan kayaknya maniak debat, sampai-sampai wakil kepala sekolah pun hampir diajak debat tentang definisi rambut pendek.
Ada anak yang kayaknya miris nasibnya. Dia mengaku sudah seminggu sekali potong rambut dan masih dianggap panjang. Bayangkan, seminggu sekali saudara-saudara!! Dia setiap minggu harus ke tempat menyebalkan yang disebut salon. Aku benci ke salon, dan terakhir kali aku ke salon adalah bulan Mei tahun kemarin.Setelah itu aku potong rambut sendiri di kamar.
Lalu di saat-saat menegangkan ketika pak wakil kepala sekolah sedang berkhotbah, ada seorang temanku yang dengan penuh percaya diri mengeluarkan handycam dan merekam semuanya. Kayaknya dia terobsesi bikin film semacam “Catatan Akhir Sekolah”. Dan untungnya aku sudah sempet nongol di film itu. Lumayan buat promosi…
Setelah pidato berakhir, ternyata para siswa yang dikumpulkan di sini bisa menikmati fasilitas dadakan yang ditawarkan oleh sekolah. Salon dadakan. Dan tentunya gratis. Hehe. Karena tukang salon nya yang dateng baru satu orang, maka secara acak kita dipanggil satu persatu untuk di eksekusi. Dan mungkin karena sang guru sudah bosan melihat rambut panjangku ini, aku masuk ke anak yang awal di eksekusi.
Ternyata eh ternyata, tempat eksekusi jauh lebih mengerikan dari yang kubayangkan. Di sana rambut kita akan dibabat habis tanpa perasaan dengan model rambut yang sudah ditentukan!! Sungguh kejam! Mereka tidak memikirkan sisi psikologis dari para siswa yang dipotong rambutnya. Ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri siswa dan membuat mereka depresi berkepanjangan. Hal ini sungguh berbaya! Bisa saja ada seorang anak yang bunuh diri gara-gara stress rambutnya jadi pendek.
Aku sudah mencoba berbagai cara untuk menghindari eksekusi ini. Aku sudah meminjam gunting rambut bapaknya sehingga aku bisa mempraktikan keahlian memotong rambut ku ini sendiri. Dan aku tidak perlu mengikuti gaya rambut yang ditentukan oleh sekolah. Tapi itu ditolak. Aku juga sudah menjelaskan teori hubungan antara rambut pendek, efek psikologis dan berakhir pada penurunan kinerja otak (teori asal-asalan yang sama sekali gak nyambung!) tapi itu juga ditolak. Ahh…akhirnya aku menyerah pada nasib. Dan saat rambutku dipotong, ibu guru yang menolak berbagai teoriku yang ternyata adalah wakil kepala sekolah bagian kesiswaan yang baru malah mengambil fotoku sambil senyum-senyum. Huft.

Foto yang diambil dari hape temenku yang lagi ketawa ngakak ngeliat aku tersiksa
Padahal kan rambut ku pas itu juga masih dalam level pendek...kenapa harus dipotong??
NB : Setelah aku di eksekusi, para siswa lain ternyata malah dikembalikan ke kelas dengan berbagai alasan. Jadi cuma beberapa orang saja yang rambutnya dipotong di tempat, termasuk aku dan gilang. Lalu saat ada temanku yang melihat model rambut ku sama dengan gilang, dengan polosnya dia berkata, “ini ceritanya kalian potongnya samaan gitu??”. Ahh! Benar-benar menyebalkan.
Senin itu, saat diadakan upacara terakhir bagi anak kelas 3, terjadi sebuah kejadian di luar akal sehat. Hampir seratus anak cowok di tarik mundur dari barisan dan membentuk sebuah barisan baru di belakang yang biasanya digunakan untuk para pelanggar hukum. Gila. Bayangkan jumlahnya, hampir 100 orang! Dan mungkin lebih. Untuk apa kami dikumpulkan di barisan belakang? Apa kesalahan kami? Ataukah ini adalah upacara yang di khususkan untuk anak cewek jadi cowok gak boleh ikut?? Ini jaman emansipasi! Kami butuh persamaan hak!! Yeah!
Setelah upacara, kami yang bertanya-tanya ini akhirnya mendapatkan sebuah titik terang. Ternyata masalahnya ada pada rambut! Rambut kita dianggap panjang dan dianggap kurang rapi untuk mengikuti ujian nasional. Ahh…kenapa ujian nasional juga mengurusi penampilan?? Emang panitianya mau repot-repot mengamati satu-satu rambut para pesertanya? Aneh-aneh aja ih.
Aku sih terima-terima saja kalau rambutku di bilang panjang. Aku sudah berkali-kali mengalami hal ini (berpengalaman!). Tapi ada beberapa temanku yang protes karena menurut mereka, rambutnya tidak panjang dan cukup rapi.
“Pak, saya mau minta definisi rambut pendek pak!!” Teriak seorang temanku dengan gagah berani. “Gila nih anak, masak rambut pendek ada definisinya?!” gitu pikirku. Dia memang anak yang pandai dan kayaknya maniak debat, sampai-sampai wakil kepala sekolah pun hampir diajak debat tentang definisi rambut pendek.
Ada anak yang kayaknya miris nasibnya. Dia mengaku sudah seminggu sekali potong rambut dan masih dianggap panjang. Bayangkan, seminggu sekali saudara-saudara!! Dia setiap minggu harus ke tempat menyebalkan yang disebut salon. Aku benci ke salon, dan terakhir kali aku ke salon adalah bulan Mei tahun kemarin.Setelah itu aku potong rambut sendiri di kamar.
Lalu di saat-saat menegangkan ketika pak wakil kepala sekolah sedang berkhotbah, ada seorang temanku yang dengan penuh percaya diri mengeluarkan handycam dan merekam semuanya. Kayaknya dia terobsesi bikin film semacam “Catatan Akhir Sekolah”. Dan untungnya aku sudah sempet nongol di film itu. Lumayan buat promosi…
Setelah pidato berakhir, ternyata para siswa yang dikumpulkan di sini bisa menikmati fasilitas dadakan yang ditawarkan oleh sekolah. Salon dadakan. Dan tentunya gratis. Hehe. Karena tukang salon nya yang dateng baru satu orang, maka secara acak kita dipanggil satu persatu untuk di eksekusi. Dan mungkin karena sang guru sudah bosan melihat rambut panjangku ini, aku masuk ke anak yang awal di eksekusi.
Ternyata eh ternyata, tempat eksekusi jauh lebih mengerikan dari yang kubayangkan. Di sana rambut kita akan dibabat habis tanpa perasaan dengan model rambut yang sudah ditentukan!! Sungguh kejam! Mereka tidak memikirkan sisi psikologis dari para siswa yang dipotong rambutnya. Ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri siswa dan membuat mereka depresi berkepanjangan. Hal ini sungguh berbaya! Bisa saja ada seorang anak yang bunuh diri gara-gara stress rambutnya jadi pendek.
Aku sudah mencoba berbagai cara untuk menghindari eksekusi ini. Aku sudah meminjam gunting rambut bapaknya sehingga aku bisa mempraktikan keahlian memotong rambut ku ini sendiri. Dan aku tidak perlu mengikuti gaya rambut yang ditentukan oleh sekolah. Tapi itu ditolak. Aku juga sudah menjelaskan teori hubungan antara rambut pendek, efek psikologis dan berakhir pada penurunan kinerja otak (teori asal-asalan yang sama sekali gak nyambung!) tapi itu juga ditolak. Ahh…akhirnya aku menyerah pada nasib. Dan saat rambutku dipotong, ibu guru yang menolak berbagai teoriku yang ternyata adalah wakil kepala sekolah bagian kesiswaan yang baru malah mengambil fotoku sambil senyum-senyum. Huft.

Foto yang diambil dari hape temenku yang lagi ketawa ngakak ngeliat aku tersiksa
Padahal kan rambut ku pas itu juga masih dalam level pendek...kenapa harus dipotong??
NB : Setelah aku di eksekusi, para siswa lain ternyata malah dikembalikan ke kelas dengan berbagai alasan. Jadi cuma beberapa orang saja yang rambutnya dipotong di tempat, termasuk aku dan gilang. Lalu saat ada temanku yang melihat model rambut ku sama dengan gilang, dengan polosnya dia berkata, “ini ceritanya kalian potongnya samaan gitu??”. Ahh! Benar-benar menyebalkan.
hiahaha jaman sma emang rambut aja diurusin, repot bener deh XD
BalasHapusmakanya potong rambut deh.hehhee.cowok bagus rambut pendek lho. lebih keren dan rapi. dijamin para cewek bakal naksir lho. hehee
BalasHapushahhaaaa... sabar iaah.. ^___________^
BalasHapuswahh..potong rambut gratis ney jadinya..
BalasHapushahaha... :P
*dijitak edo*
kalo panjang banget ntar kamu mirip edi brokoli dek.. edo brokolo deh jadinyaaa hahaha tambah cakep kok ^^
BalasHapusada award ya. cek di http://just-fatamorgana.blogspot.com/2010/04/kok-sering-sakit-ya.html
BalasHapuswhahah
BalasHapusmasih ad to yg kyk ginian,,
jd ingat msa smp dulu :D
hihihi...
BalasHapusdi sekolahku sering tuh ada salon dadakan.
Kalau aku biasanya diuber guru garaa-gara masalah sepatu yang bukan item. Sampai pernah gak pake sepatu pas pelajaran gara-gara sepatuku di sita guru yang uda gemes. hehehe,,
hiyahahahahahaha....lucu lucu...orang lain mikirin kelulusan UN, ni mikirin rambut yang dah dipotong secara paksa.....hahahaha....
BalasHapuskalo untuk ukuran SMA rambut lu memang keitung panjang....rambut pendek adalah rambut yang sampingnya sedikit di atas telinga, depannya gak menutupi dahi, dan belakangnya gak menutupi leher...gitu aja kok...hehehe
Halo kawan,lama ndak jumpa nih maap baru sempet mampir, hemmm ceritanya punya tampilan baru nih untuk helm nya hehehe ahahahaha just kidding
BalasHapusBERKUNJUNG MALAM SOBAT SUKSES UNTUK BLOGNYA salam knal SALAM HANGAT n
BalasHapusSEE U......
asli ngakak do sy bc ini.
BalasHapusgmn uan nya ?
sokor..
BalasHapusahahaha.. di botakin aja sekalian
BalasHapus